Senin, 01 November 2010

Posted by Unknown On 11/01/2010 12:13:00 AM


Matahari pun terlelap dalam tidurnya.
Sehelai daun mengintip dari balik tirai alam.
Setangkai hujan mengirim puisi kerinduan.
Namun hari tak berpelangi.
Karena kelam menyekapnya dalam gelap.
Saat romansa tercipta sesaat.
Karena kau hanya patuh pada gerimis
membiarkan payung hatiku menggigil.
Tanpa sehelai kasih membalut.




Cinta ini tak berhenti di pantai.
Ingin terus menjangkau langit.
Mengejar jejak-jejak syair yg kau baitkan di desir pasir.
Kuhampiri  selembar daun.
Kutemukan senyummu
seperti dzikir yang diam-diam hinggap.
Menjadi nafas merdunya kicauan puisi ini.

Tapi, mengapa kelopak matamu?
Kulihat gerimis bergerak seinci.
Perlahan jatuh seiring jarum jam.
Membasahi kertas-kertas puisi.

Aku tertatih mencumbui waktu.
Terlambat menjemputmu di senja itu.
Aku mereda bersama hujan.
Meredup bersama rembulan.
Murung bersama mentari.
Karena ku tahu harimu tak selembab hatiku.

Cinta kini lelap di sepiku.
kusisakan saja ruang
untuk  keputusasaanku.
Berharap embun esok hari
Membangunkanku di kamar puisi.

( Mohammad Alfiyan Nooryan Putera Pikoli )

0 komentar:

Posting Komentar