Analisis Perbandingan antara Parlemen USA-Indonesia

Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara yang dikenal menggunakan sistem demokrasi dalam menjalankan kepemerintahannya. Sistem demokrasi yang berasaskan Trias Politica John Locke adalah suatu landasan yang sama-sama dianut oleh kedua negara ini,yakni terdiri dari badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam halnya kasus di atas, penulis ingin membandingkan model kepemerintahan tersebut berdasarkan badan-badan dalam trias politica yang lebih difokuskan kepada legislatif dan eksekutif.

Di Amerika Serikat, kekuasaan legislatif berada pada parlemen yang disebut kongres, yang terdiri dari senat dan  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Parlemen AS yang kini didominasi oleh Partai Republik di kongres (senat dan DPR) memusnahkan budaya dominasi di AS yang merupakan perpindahan tangan dari Partai Demokrat. Sedangkan Eksekutif sendiri dipimpin oleh Presiden Barrack Obama yang merupakan utusan Partai Demokrat. Kemenangan Partai Republik ini merupakan buah dari sikap pesimistis rakyat AS karena tidak adanya perubahan berarti sejak Partai Demokrat menguasai parlemen. Bahkan dapat dikatakan perekonomian AS sejak itu menurun, pengangguran meningkat, bahkan paling penting adalah perang Irak dan Afghanistan yang tidak berkesudahan sehingga membuat rakyat jenuh. Namun, incumbent saat ini masih berada di tangan Barrack Obama dari Partai Demokrat meskipun nanti mayoritas suara Partai Republik akan mampu meraih kembali kursi eksekutif dalam Pemilu  berikutnya. Begitupun dalam hal pengambilan kebijakan yang ada korelasinya dengan parlemen, Barrack Obama akan mengalami kesulitan dalam meloloskan kepentingannya dalam 2 tahun menanti. Sekaligus hal ini akan menjadi ancaman besar bagi Obama terutama Partai Demokrat untuk meraih kursi Presiden nanti.

Dalam kaitannya dengan Indonesia, kemenangan Partai Republik di parlemen tidak akan terlalu berpengaruh cukup signifikan dalam kondisi regional, namun akan ada beberapa hal kebijakan kerja sama yang akan terus mengalami perubahan atau pergeseran.

Di Indonesia, parlemen terdiri atas atas 2 bagian (bikameral) yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan ini merupakan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). DPR bekerja berdasarkan konstitusi yang terdiri dari 3 fungsi kerja yakni fungsi legislatif, controlling (pengawasan), dan budgeting (anggaran). Sedangkan Eksekutif dipegang langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat. DPR yang mayoritas didominasi oleh Partai Demokrat memiliki warna yang berbeda dari keadaan perpolitikan di AS. Berbeda dengan AS, meskipun Partai Demokrat yang diketuai Marzuki Alie di DPR memiliki suara mayoritas di kepemerintahan, bukan berarti Presiden akan bisa selalu meloloskan kepentingannya. Dia harus menghadapi terjangan dari beberapa Partai yang mendapatkan kursi di parlemen, karena Indonesia menganut sistem Multipartai (banyak partai) dibandingkan dengan AS yang menggunakan 2 partai. Untuk bisa meloloskan kepintangannya, beberapa partai besar akan menjalin koalisi untuk mencapai kepentingan bersama. Entah itu pro dengan kebijakan eksekutif ataupun kontradiktif. Partai-partai yang kontradiktif inilah yang disebut sebagai partai oposisi yang akan selalu bertentangan atau bersebelahan paham dengan partai pemerintah. Jadi, pertarungan politiknya lebih variatif dan kompetitif untuk memenangkan kepentingannya masing-masing.

Demikianlah yang dapat saya tuliskan, mohon maaf atas segala kekurangan..

Billahi fii sabililhaq,, fastabiqul khairat....

Assalam ‘alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 11 November 2010

-Alfiyan P.-