PELUH, Petani tak kenal Keluh
Kisah seberang di pematang ladang,
meniduri petang yang menemukan terang.
Dia replika cakrawala, penunggu nusantara.
Pemusik yang memetik awan menjadi simfoni yang bersendawa.
Tak pernah mati, jika nyalinya masih berdiri.
Tangis yang meringis dan keringat yang bersyafa'at.
Bukanlah Punggawa pandai bersandiwara,
Tak jua Jawara senyum tertawa,
Lebam di sengat matahari,
Tenggelam dalam lumpur kali,
Dua tangan merengkuh dahaga,
Merangkul lapar si perjaka manja.
Ladang, adalah medan berperang.
Bukan kasta tirani, kursi para kurcaci.
Dia......
SAUDAGAR, Sarjana Ilmu Dahaga dan Lapar.
------
Alfian Putra Pikoli,
meniduri petang yang menemukan terang.
Dia replika cakrawala, penunggu nusantara.
Pemusik yang memetik awan menjadi simfoni yang bersendawa.
Tak pernah mati, jika nyalinya masih berdiri.
Tangis yang meringis dan keringat yang bersyafa'at.
Bukanlah Punggawa pandai bersandiwara,
Tak jua Jawara senyum tertawa,
Lebam di sengat matahari,
Tenggelam dalam lumpur kali,
Dua tangan merengkuh dahaga,
Merangkul lapar si perjaka manja.
Ladang, adalah medan berperang.
Bukan kasta tirani, kursi para kurcaci.
Dia......
SAUDAGAR, Sarjana Ilmu Dahaga dan Lapar.
------
Alfian Putra Pikoli,
Jogja 1-1-2013
0 komentar:
Posting Komentar