Selasa, 20 Desember 2011

Posted by Unknown On 12/20/2011 07:52:00 PM

  (Alfiyan N. P. Pikoli)
Strong Anthropocentrism.
Antroposentrisme menggambarkan kecenderungan manusia untuk menganggap dirinya sebagai entitas pusat dan yang paling penting di alam semesta, atau penilaian realitas melalui perspektif eksklusif manusia. Pandangan antroposentris beranggapan bahwa kehidupan tidak berpusat pada Tuhan tapi pada manusia. Etosnya adalah semangat menghargai nilai-nilai yang dibangun oleh manusia sendiri. Peradaban antroposentris menjadikan manusia sebagai tolok ukur kebenaran dan kepalsuan, untuk memakai manusia sebagai kriteria keindahan dan untuk memberikan nilai penting pada bagian kehidupan yang menjanjikan kekuasaan dan kesenangan manusia. Sebuah tesis tentang Strong Anthropocentrism berpendapat bahwa manusia berada di tengah realitas dan itu adalah hak bagi mereka untuk begitu. Weak Anthropocentrism, berpendapat bahwa realitas hanya dapat ditafsirkan dari sudut pandang manusia, sehingga manusia harus menjadi pusat realitas sebagaimana yang mereka lihat.
Tolak ukur Strong Anthropocentrism :
a.       Nonhumans adalah instrumen yang hanya untuk dimanfaatkan oleh manusia sebagai sarana untuk tujuan-tujuan manusia. Bumi sebagai sumber daya bagi manusia.
b.      Manusia tidak memiliki kewajiban untuk nonhumans dan hanya berkewajiban bagi dan untuk manusia lain yang berkaitan dengan nonhumans.
c.       Dapat memiliki etika lingkungan yang kuat: Penting untuk melindungi lingkungan demi orang (bukan untuk kepentingan sendiri).
Manusia antroposentris merasa menjadi penguasa bagi dirinya sendiri. Tidak hanya itu, ia pun bertindak lebih jauh, ia ingin menjadi penguasa bagi yang lain. Alam raya pun lalu menjadi sasaran nafsu berkuasanya yang semakin lama semakin tak terkendali.

2.      Strong Biocentrism.
Biosentrisme berasal dari gabungan kata Yunani “bios” (hidup) dan kata latin “centrum” (pusat). Secara harfiah biosentrisme diartikan sebagai suatu keyakinan bahwa kehidupan manusia erat hubungannya dengan kehidupan seluruh kosmos. Manusia dipandang sebagai salah satu organisme hidup dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan penghuni alam semesta lainnya. Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak antroposentrisme yang menyatakan bahwa manusialah yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Teori biosentrisme berpandangan bahwa mahluk hidup bukan hanya manusia saja.
Tolak ukur Strong Biocentrism :
a.       Biosentrisme menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesies lain dimuka bumi ini. Prinsip atau perintah moral yang berlaku disini dapat dituliskan sebagai berikut: ” adalah hal yang baik secara moral bahwa kita mempertahankan dan memacu kehidupan, sebaliknya, buruk kalau kita menghancurkan kehidupan”.
b.      Biosentrisme melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam dirinya sendiri. Alam mempunyai nilai justru karena ada kehidupan yang terkandung didalamnya. Kewajiban terhadap alam tidak harus dikaitkan dengan kewajiban terhadap sesama manusia. Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam semata-mata didasarkan pada pertimbangan moral bahwa segala spesies di alam semesta mempunyai nilai atas dasar bahwa mereka mempunyai kehidupan sendiri, yang harus dihargai dan dilindungi.
c.       Biosentrisme memandang manusia sebagai mahluk biologis yang sama dengan mahluk biologis yang lain. Manusia dilihat sebagai salah satu bagian saja dari keseluruhan kehidupan yang ada dimuka bumi, dan bukan merupakan pusat dari seluruh alam semesta. Maka secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk hidup lainnya.
d.      Manusia dapat menggunakan alam untuk kepentingannya, namun dia tetap terikat tanggung jawab untuk tidak mengorbankan integrity, stability dan beauty dari mahluk hidup lainnya.
Dalam Biosentrisme, manusia tidak dipandang begitu agung dan berhak mutlak mengatur dan menguasai alam, namun hanya sebagai bagian alam semesta. Disini manusia terkena hukum-hukum alam, dan manusia dengan kemampuannya berusaha menandingi alam semesta yang ganas. Manusia dimengerti sebagai mahluk yang punya keterbatasan seperti hainya dengan mahkluk hidup lainnya. Manusia sangat tergantung pada lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan dalam kosmos. Pandangan manusia terhadap alam semesta sedapat mungkin memahami bahkan mengagumi.

REFERENSI.




5.      Sonny, K. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas: Jakarta, 2002.

0 komentar:

Posting Komentar