(Alfiyan N. P. Pikoli)
Strong Anthropocentrism. Antroposentrisme menggambarkan kecenderungan manusia untuk menganggap dirinya sebagai entitas pusat dan yang paling penting di alam semesta, atau penilaian realitas melalui perspektif eksklusif manusia. Pandangan antroposentris beranggapan bahwa kehidupan tidak berpusat pada Tuhan tapi pada manusia. Etosnya adalah semangat menghargai nilai-nilai yang dibangun oleh manusia sendiri. Peradaban antroposentris menjadikan manusia sebagai tolok ukur kebenaran dan kepalsuan, untuk memakai manusia sebagai kriteria keindahan dan untuk memberikan nilai penting pada bagian kehidupan yang menjanjikan kekuasaan dan kesenangan manusia. Sebuah tesis tentang Strong Anthropocentrism berpendapat bahwa manusia berada di tengah realitas dan itu adalah hak bagi mereka untuk begitu. Weak Anthropocentrism, berpendapat bahwa realitas hanya dapat ditafsirkan dari sudut pandang manusia, sehingga manusia harus menjadi pusat realitas sebagaimana yang mereka lihat.